Jumat, 20 Januari 2012

Senin, 24 Oktober 2011

masih seputar "recall"

re-call lagi-lagi bahasa asing, sementara dengan bangga mengaku diri, bangsa ini bangsa merdeka, bangsa yang besar. besar bagaimana jika elit saja terkontaminasi oleh 'zat-zat berbahaya' bagi perkembangan kreativitas bangsa ?.

bukannya saya menolak kita pandai berbahasa asing, tapi bukan berarti bahasa asing ini yang akan kita gunakan dalam praktek kehidupan kita untuk "mengatur diri sendiri-mengatur rumah sendiri". apa mungkin ini yang bagi segenap mereka 'yang terhormat' merdeka berbuat semaunya, sekehendak hatinya ?.

undang-undang itu ada bukan untuk melapangkan para elit berbuat salah terhadap apa yang belum diatur undang-undang, melainkan undang-undang itu diadakan untuk mampu mengantar para 'bijak' ini berjalan dengan garis yang jelas sehingga trahu dimana kurang dan patut dibaikinya.

re-call, sebenarnya penarikan seorang yang telah terpilih dan dilantik dari jabatan yang tengah dipangkuannya sementara itu bukan waktunya untuk ber-akhir, atau di tengah jalan ia dihentikan. jika melihat pada sebuah analogi kendaraan, jika sebuah kendaraan dihentikan dijalanan tentu ini akan menimbulkan bahaya.

bahaya?, ya bahaya memang, namun dapat dikurangi resikonya. misal seorang yang berhenti ditengah jalan ketika akan berhenti memberi aba-aba bahwa ia akan berhenti, atau seorang yang akan berhenti ditengah jalan sudah dapat diketahui bahwa ia harus berhenti, dengan demikian segenap resiko besar tak terduga akan dapat dihindarkan.

jika memang penentuan wakil-wakil rakyat itu adalah kuasa rakyat/kedaulatan rakyat, biar pulalah rakyat yang memastikan/merelakan mereka berhenti ditengah jalan, atau biarlah rakyat yang menghentikan mereka ditengah jalan. jangan wakil rakyat ini dihentikan ditengah jalan karena sedang tak sejalan para 'bos' nya di partai-partai tempat dia bernaung.

perlunya semua ini dikembalikan kepada rakyat agar rakyat benar-benar ikut serta memperjuangkan nasibnya atas wakil yang telah mereka pilih, jangan dikibuli dengan sekian banyak bujukan bahwa hak-hak mereka diperjuangkan, karena itulah wakilnya diganti, walau tak rela yang akan mewakili berikutnya adalah orang lain yang sejalan dengan si 'bos'. suatu saat ketika rakyat sadar bahwa keputusannya salah ia tak akan berbuat sama untuk kedua kalinya, atau ketika ternyata mereka benar mereka akan benar-benar merasakan hasil dari keputusannya menempatkan wakil mereka dari orang-orang yang memang seharusnya.  

sumber : 1 2 selalu plus ingatan sendiri.

Kamis, 20 Oktober 2011

Tentang kampung Halaman

Dengan sebuah pantun saya mulai,


      Katitiran di Ujuang Tunjuang
      Indak Basarang Indak Batali
      Tapi Indak Namuah Tabang Tinggi
      Jadi Lambang di Nagari
          
            Kok lai maiyokan kato induak
            Tando lai sayang ka nagari
            Tinggakan Kampuang jo anak bini
            Pai marantau untuk Mambangun Nagari.


Rao-rao merupakan salah satu nagari yang termasuk dalam kecamatan Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Nagari ini berjarak sekitar 15 km dari Batusangkar, ibu kota dari kabupaten Tanah Datar.


Disiko lah kampuang halaman ambo, di batuajuang tapatannyo.  (disinilah kampung halaman saya, tepatnya disuatu lokasi yang dinamai batuajuang). Ambo tingga dikampuang katiko sikolah TK, dan sesudah tu ikuik urang tuo marantau ka Dumai - Riau, dan salanjuiknyo, disiko lah ambo melanjutkan pendidikan SD  (saya tinggal dikampung sewaktu sekolah 'TK-Taman Kanak-Kanak', dan kemudian ikut orang tua merantau ke Kota Dumai-Riau, dan melanjutkan pendidikan 'SD-Sekolah Dasar' disini).


basabab bakajadian, baitu keek nan tuo-tuo (ada sebab atas suatu kjadian, begitulah orang tua-tua terdahulu berpesan). sejalan nan jo pasan tu, suatu katiko di maso kelas 6 SD ambo harus pindah ka kampuang, dan akhirnyo dikampuanglah ambo tamaiklan pendidikan dasar ko. (sejalan dengan pesan itu, suatu saat ketika saya sedang duduk dibangku kelas 6 SD saya harus pindah ke kampung, dan akhirnya disinilah saya menamatkan jenjang pendidikan sekolah dasar saya).


lamo bana rasonyo jauah dari kampuang mambuek rindu sabana mandalam, walaupun dimaso-maso tu ambo alun tau baa bana nan rindu tu. (lama sungguh rasanya kampung halaman telah kutinggalkan, krenanya rindu dihati sungguh mendalam, meski saat-saat itu tak kutahu apa itu namanya rindu). mancaliak aia nan janiah jalan nan lapang dan pastinyo jalan nan manurun jo mandaki, padi manguniang atau balari-lari di pamatang sawah jo kawan nan samo gadang mambuek maso-maso yang seakan pernah hilang dari hiduik ambo kini alah basuo. (memandang jernihnya air yang mengalir di sepanjang selokan, apalagi di pemandian, jalan-jalan yang begitu rapi, luas, dan pastinya ada begitu banyak tanjakan dan turunan, hamparan padi yang sedang menguning atau ketika dipematang saat berlarian dengan sahabat-sahabat sebaya membuatku merasa menemukan kembali suatu masa yang seakan hilang dari hidupku).


sumber : 1  2 plus ingatan sendiri :)